Jika Anda meneriaki anak Anda, lalu menyesal setelahnya, ini saran buat Anda.
Saya, suami dan dua anak kami sedang menikmati liburan santai di Hawaii. Kami sedang berkendara di mobil melalui jalan berliku (dan berbahaya) dan menuju Hana. Saat kami sedang melihat betapa indahnya tebing dan pantai, peristiwa itu tiba-tiba terjadi; tanpa alasan jelas, anak laki-laki kami yang berusia 5 tahun melempar botol air ke arah suami.
Botol itu mengenai kaca dan membuat suara keras. Hanya keajaiban yang membuat kami tidak menabrak sesuatu — meski kami sempat kehilangan kendali. Saya dan suami sontak memarahi, berteriak dan mengancam.
"Kenapa kamu melakukan itu? Apa kamu tidak tahu kalau itu amat berbahaya? Kita sedang menikmati liburan, dan kamu melempar botol air tanpa alasan?" Lagi dan lagi kami memarahinya — melebihi apa yang sepantasnya diterima anak TK.
Saya, suami dan dua anak kami sedang menikmati liburan santai di Hawaii. Kami sedang berkendara di mobil melalui jalan berliku (dan berbahaya) dan menuju Hana. Saat kami sedang melihat betapa indahnya tebing dan pantai, peristiwa itu tiba-tiba terjadi; tanpa alasan jelas, anak laki-laki kami yang berusia 5 tahun melempar botol air ke arah suami.
Botol itu mengenai kaca dan membuat suara keras. Hanya keajaiban yang membuat kami tidak menabrak sesuatu — meski kami sempat kehilangan kendali. Saya dan suami sontak memarahi, berteriak dan mengancam.
"Kenapa kamu melakukan itu? Apa kamu tidak tahu kalau itu amat berbahaya? Kita sedang menikmati liburan, dan kamu melempar botol air tanpa alasan?" Lagi dan lagi kami memarahinya — melebihi apa yang sepantasnya diterima anak TK.